Minggu, 24 Februari 2013

"Transformasi Anime dalam Era Kontemporer"

Anime memiliki kekuatan tersendiri yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Faktor yang mendukung kekuatan anime tersebut adalah lingkungan kondusif Jepang yang memungkinkan pertumbuhan kualitas dan kuantitas cerita manga untuk berkembang dengan baik. Dalam lingkungan tersebut, anime tidak hanya sekedar menjadi suatu budaya pop, tetapi juga bertransformasi sebagai suatu industri bisnis yang menguntungkan.

Dari segi bisnis, anime merupakan suatu industri dengan dinamika yang bergerak dengan cepat. Baik serial anime dan manga mendapatkan tuntutan untuk dirilis setiap minggu, bahkan terkadang, untuk anime yang dianggap populer, publisher merilis film dari serial anime tersebut, untuk semakin meningkatkan popularitasnya. Kemudian, tidak hanya dalam skala nation-wide, anime yang dirilis sebagai serial mingguan atau film juga dirilis secara worldwide, baik melalui penjualan DVD maupun melalui proses download atau secara streaming online. Semakin meningkatnya kepopuleran suatu anime, secara otomatis akan semakin menguntungkan industri bisnis anime. Hal ini berakibat pada tingginya tingkat kompetisi di antara para publisher anime dan manga, setiap kreator dan publisher berkompetisi untuk menciptakan anime dengan cerita yang berkualitas, imajinatif, dan berbeda.

Sistem yang berkembang tersebut berpengaruh dalam peranan anime sebagai budaya pop Jepang dalam era kontemporer. Anime berasal dari realita sosial yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Selain itu, anime juga dipergunakan sebagai media di dalam menyampaikan kritikan-kritikan sosial. Sehingga, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa anime merupakan suatu produk realita sosial yang mencerminkan realita kehidupan sosial di Jepang pada era kontemporer. Dengan berkembang dan dinikmatinya anime secara worldwide, maka anime menjadi alat untuk mengenal kehidupan, nilai-nilai, dan kebudayaan Jepang.

 
Anime

Sebagai contoh, terdapat tiga anime yang hingga sampai saat smasih berlanjut dan juga sangat populer dan digemari baik oleh penggemar anime di Jepang maupun worldwide, yaitu Naruto, One Piece, dan Captain Tsubasa. Naruto menceritakan tentang seorang ninja yang bernama Uzumaki Naruto dari Konohagakure, dimana Naruto memiliki mimpi untuk menjadi seorang Hokage (sebutan untuk pemimpin para ninja di desa Konohagakure) dan untuk menciptakan perdamaian antar ninja. Kemudian, One Piece, yang menggambarkan perjalanan Monkey D. Luffy dalam menggapai impiannya untuk menemukan kru bajak laut yang hebat, menjadi raja bajak laut, dan menemukan harta karun legendaris yang disebut One Piece. Sedangkan Captain Tsubasa, bercerita tentang Tsubasa Ozora, seorang anak laki-laki yang gemar sekali bermain sepak bola dan memiliki impian untuk membawa tim nasional sepak bola Jepang ke dalam kancah Piala Dunia dan menjadi juara Piala Dunia.

 
One Piece

 
Naruto

 
Captain Tsubasa

Ketiga anime tersebut, memiliki alur cerita yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki karakter yang kuat. Meskipun demikian, terdapat benang merah atas ide dasar dan pesan dari ketiga cerita anime tersebut. Masashi Kishimoto, Eiichiro Oda, dan Takahashi Yoichi, pengarang dari masing-masing anime tersebut berupaya untuk memvisualisasaikan nilai-nilai Jepang juga sekaligus memberikan sebuah pesan agar orang tidak takut untuk bermimpi, terlebih lagi tidak takut untuk mewujudkan mimpinya. Baik Naruto, One Piece, dan Captain Tsubasa, ketiganya menceritakan perjalanan seseorang from zero to hero, masing-masing karakter utama memiliki mimpi yang sebenarnya mustahil untuk diwujudkan, akan tetapi mereka dengan usaha keras dan keyakinan mengatasi setiap permasalahan dan hambatan yang ada dan tetap berupaya untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka.

Secara tidak langsung, anime yang pada dasarnya merupakan suatu bentuk hiburan, pada era kontemporer telah bertransformasi menjadi suatu industri bisnis yang sangat menguntungkan dan juga menjadi media untuk memvisualisasikan nilai-nilai dan budaya Jepang secara imajinatif, agar dapat lebih diterima lebih luas.

Sumber : http://www.jpf.or.id/

Tidak ada komentar: