(JAKARTA) Selain cerita yang bagus,
film animasi bisa sukses karena pengisi suara yang hidup dan
berkarakter. Masih dalam rangkaian pemutaran film “Uchu Kyodai”, Japan
Foundation (JF), Jakarta mengenalkan lebih dalam dunia di balik layar
ini melalui workshop bersama Okamoto Nami, seorang Seiyu (artis sulih suara).
“Ini pertama kali saya datang ke Jakarta. Saya senang dengan antusiasme peserta Indonesia yang excited, terlihat dari mata mereka yang berbinar-binar,” ungkap Okamoto ketika ditemui usai acara, Minggu (03/03).
Workshop sulih suara diadakan di
Hall JF Jakarta, selama dua hari, Jumat (01/03) dan Minggu (03/03),
masing-masing terdiri dari dua sesi. Total ada 60 orang peserta yang
berpartisipasi, dibagi 15 orang per sesi dua jam. Rata-rata terdiri dari
para pelajar dan mahasiswa, namun ada pula yang berstatus karyawan dan
penyiar radio.
Pada sesi ini, Okamoto mengajarkan
contoh pernapasan dan olah vokal kepada peserta workshop serta praktek
langsung menyulih suara lewat adegan anime yang disiapkan di
layar TV. Peserta mendapat materi berupa naskah dan tanda-tanda yang
biasa dipakai, misal kapan harus melakukan monolog, dan bagaimana
kondisi adegan.
“Waktu mengisi suara, ekspresikan
perasaan sehingga tercapai suasana hati si tokoh animasi. Ekspresi
sangat penting, sulih suara bukan hanya dialog saja,” saran Okamoto
kepada peminat sulih suara di Indonesia.
Pengisi suara tokoh Ayumi di film
Inuyasha ini juga mengungkapkan kegembiraannya karena peserta workshop
langsung menerima ketika diajari, tidak enggan dan ragu. Okamoto juga
berharap di masa depan ada seiyu dari Indonesia dan datang ke Jepang
untuk bekerjasama.
Anisa Lubis (24 tahun), karyawati
peserta workshop mengatakan,“Acaranya seru, bisa tahu bahwa pembuatan
film animasi dan sulih suara tak semudah yang dibayangkan.”
Ada pula Ario Donny Verniawan (32
tahun), karyawan swasta yang mengatakan terkesan karena sulih suara yang
dianggap sepele ternyata cukup sulit. Untuk 30 menit adegan film seri
dibutuhkan hingga empat jam kerja para seiyu.
Pada kesempatan yang sama, Nagai
Koji, Produser Animasi dari Yomiuri TV menyatakan, hingga kini ada
sekitar 3000 hingga 4000 orang seiyu di Jepang. Sistem yang sudah bagus membuat profesi seiyu cukup sejajar seperti profesi formal lain.
Rentang penghasilan mereka pun cukup
beragam, seperti juga artis, tergantung tingkat kepopulerannya.
Tertinggi bisa mencapai 20 juta yen per tahun, tapi untuk kelas bawah
hanya seperti biaya kerja paruh waktu.
Dewasa ini pekerjaan seiyu menjadi
populer dan biasanya berasal dari aktor panggung, alasan pasti tidak
diketahui, mungkin karena secara vokal sudah terlatih. Jika dulu
produser langsung mengajak pemain teater untuk ikut dalam film, kini
banyak yang masuk lewat sekolah profesional seiyu yang bekerjasama
dengan kantor produksi animasi.
Nagai juga memberikan beberapa tips
untuk penyulih suara di Indonesia, “Pertama lebih banyak pengalaman,
makin banyak animasi makin banyak kesempatan seiyu. Kalau market Indonesia terbatas, mungkin bisa mencoba di luar negeri.”
Workshop sulih suara yang diadakan
oleh JF ini merupakan rangkaian dari pemutaran film animasi “Uchu
Kyodai” (Space Brother) yang telah dilangsungkan di Universitas Al
Azhar, Jakarta pada Sabtu (02/03). Acara ini dihadiri produsernya, Nagai
Koji, editor Sadoshima Yohei serta pengisi suara Okamoto Nami.
Ketiga pelaku industri anime di
Negeri Sakura ini berbagi mengenai bagaimana proses produksi, tips agar
meraih minat penonton serta pendanaan film animasi.
Sumber : http://www.halojepang.com/