Senin, 04 Maret 2013

"Pengisi Suara di Anime Inuyasha Hadir di Workshop Seiyu"


(JAKARTA) Selain cerita yang bagus, film animasi bisa sukses karena pengisi suara yang hidup dan berkarakter. Masih dalam rangkaian pemutaran film “Uchu Kyodai”, Japan Foundation (JF), Jakarta mengenalkan lebih dalam dunia di balik layar ini melalui workshop bersama Okamoto Nami, seorang Seiyu (artis sulih suara).

“Ini pertama kali saya datang ke Jakarta. Saya senang dengan antusiasme peserta Indonesia yang excited, terlihat dari mata mereka yang berbinar-binar,” ungkap Okamoto ketika ditemui usai acara, Minggu (03/03).

Workshop sulih suara diadakan di Hall JF Jakarta, selama dua hari, Jumat (01/03) dan Minggu (03/03), masing-masing terdiri dari dua sesi. Total ada 60 orang peserta yang berpartisipasi, dibagi 15 orang per sesi dua jam. Rata-rata terdiri dari para pelajar dan mahasiswa, namun ada pula yang berstatus karyawan dan penyiar radio.

Pada sesi ini, Okamoto mengajarkan contoh pernapasan dan olah vokal kepada peserta workshop serta praktek langsung menyulih suara lewat adegan anime yang disiapkan di layar TV. Peserta mendapat materi berupa naskah dan tanda-tanda yang biasa dipakai, misal kapan harus melakukan monolog, dan bagaimana kondisi adegan.

“Waktu mengisi suara, ekspresikan perasaan sehingga tercapai suasana hati si tokoh animasi. Ekspresi sangat penting, sulih suara bukan hanya dialog saja,” saran Okamoto kepada peminat sulih suara di Indonesia.

Pengisi suara tokoh Ayumi di film Inuyasha ini juga mengungkapkan kegembiraannya karena peserta workshop langsung menerima ketika diajari, tidak enggan dan ragu. Okamoto juga berharap di masa depan ada seiyu dari Indonesia dan datang ke Jepang untuk bekerjasama.

Anisa Lubis (24 tahun), karyawati peserta workshop mengatakan,“Acaranya seru, bisa tahu bahwa pembuatan film animasi dan sulih suara tak semudah yang dibayangkan.”

Ada pula Ario Donny Verniawan (32 tahun), karyawan swasta yang mengatakan terkesan karena sulih suara yang dianggap sepele ternyata cukup sulit. Untuk 30 menit adegan film seri dibutuhkan hingga empat jam kerja para seiyu.

Pada kesempatan yang sama, Nagai Koji, Produser Animasi dari Yomiuri TV menyatakan, hingga kini ada sekitar 3000 hingga 4000 orang seiyu di Jepang. Sistem yang sudah bagus membuat profesi seiyu cukup sejajar seperti profesi formal lain.

Rentang penghasilan mereka pun cukup beragam, seperti juga artis, tergantung tingkat kepopulerannya. Tertinggi bisa mencapai 20 juta yen per tahun, tapi untuk kelas bawah hanya seperti biaya kerja paruh waktu.

Dewasa ini pekerjaan seiyu menjadi populer dan biasanya berasal dari aktor panggung, alasan pasti tidak diketahui, mungkin karena secara vokal sudah terlatih. Jika dulu produser langsung mengajak pemain teater untuk ikut dalam film, kini banyak yang masuk lewat sekolah profesional seiyu yang bekerjasama dengan kantor produksi animasi.

Nagai juga memberikan beberapa tips untuk penyulih suara di Indonesia, “Pertama lebih banyak pengalaman, makin banyak animasi makin banyak kesempatan seiyu. Kalau market Indonesia terbatas, mungkin bisa mencoba di luar negeri.”

Workshop sulih suara yang diadakan oleh JF ini merupakan rangkaian dari pemutaran film animasi “Uchu Kyodai” (Space Brother) yang telah dilangsungkan di Universitas Al Azhar, Jakarta pada Sabtu (02/03). Acara ini dihadiri produsernya, Nagai Koji, editor Sadoshima Yohei serta pengisi suara Okamoto Nami.

Ketiga pelaku industri anime di Negeri Sakura ini berbagi mengenai bagaimana proses produksi, tips agar meraih minat penonton serta pendanaan film animasi.

Sumber : http://www.halojepang.com/